Ketergantungan Narkoba, Sampai-Sampai Istri Jadi Stres Berat

  • Sugiharto menyukai narkoba sejak SMA. Berawal dari adegan televisi dimana orang-orang berkumpul dan memakai narkoba, Sugiharto merasa hal itu keren. Maka dari situlah dia mulai terjerumus memakai narkoba.

“Awal-awal istri ga tahu kalau saya itu pakai narkoba, saya ketahuan narkoba sama istri saya karena saya ke kamar mandi. Karena kalau saya ke kamar mandi itu lama, jadi lama-lama istri saya curiga…” ujar Sugiharto. Saat istrinya curiga, Sugiharto menjelaskan bahwa narkoba yang dia pegang hanyalah obat puyer biasa.

Pada saat keuangannya menipis dan Sugiharto tak mampu membeli narkoba, dia kemudian sakau. “Karena saya ini perlu bantuan medis, akhirnya saya bilang lah kepada keluarga kalau saya ini sakau. Di situlah istri saya mulai tahu.”

  1. Karena masih memakainya, istri Sugiharto mulai keras padanya. Sugiharto yang sedang sakau dikurung dan tidak boleh keluar rumah. “Akhirnya saya melakukan berbagai macam cara yang bisa dikatakan tidak baik. Saya mengambil barang dagangan orangtua saya. Apapun yang bisa saya jual, akan saya jual”

Hingga suatu kali, istri Sugiharto begitu marah padanya sehingga diapun kembali ke rumah orangtuanya. Selama setahun lebih keduanya tidak bertemu. “Suatu hari saya datang ke rumahnya, maksudnya ingin berdamai dengannya.” Setiap kali datang ke sana, Sugiharto alasannya ingin menengok anak, tapi istrinya tetap tidak mau bertemu.

“Karena pulang ke rumah dalam keadaan nge-blank, ditambah lagi koplo itu, akhirnya saya liat ke rumah tetangga (untuk mencuri). padahal tetangga ini baik banget sama saya. Jadi malam itu saya naik ke genteng. Karena pikiran saya udah gelap, jadi saya mau mengambil barang-barang di situ. Karena gelap, saya bawa persiapan korek api.”

Ketika mau keluar, Sugiharto ternyata tidak bisa keluar. Setelah beberapa kali mencoba akhirnya diapun bisa keluar. Saat keluar tersebut, Sugiharto terlihat oleh tetangga lainnya. Tapi karena pikirannya sedang dipengaruhi narkoba, dia pun tak berpikir macam-macam.” Ternyata tetangganya melaporkannya ke polisi.

Dengan uang Rp 3 juta hasil rampokannya tersebut, Sugiharto tinggal di emper-emper dan melarikan diri dari polisi. Uang itu juga dia gunakan untuk membeli putaw. Sampai akhirnya uang itu habis, dia pun sakau. “Karena sakau itu benar-benar sudah ga tahan, saya telepon lagi ke rumah. Saya benar-benar minta ampun, saya minta maaf kepada papa.”

“Akhirnya papa saya ngasih solusi. Kalau saya mau pulang, saya ga boleh pulang, tapi masuk rehabilitasi di Puncak. Di sanalah saya benar-benar berusaha meninggalkan kebiasaan saya akan putaw. Karena di situ secara rohani ya, jadi di situ setiap hari kita baca Alkitab, muji-muji Tuhan, tanya jawab tentang Alkitab, seperti itu aja setiap hari. Yang membuat saya bertahan di panti rehab ini adalah karena saya ingin bertemu dengan anak dan istri saya.”

Dua tahun kemudian, Sugi yang berada di panti rehabilitasi, ditelepon dan dipanggil pulang karena mamanya meninggal dunia. Di rumah duka, dia bertemu dengan tetangga yang dia rampok. Di situ dia meminta maaf, namun tetangganya begitu baik hati dan melupakan semua perbuatannya.

Setelah keluar dari panti rehab, mereka tinggal di rumah mertua. Hal itu karena Sugi tidak bekerja dan membuat hidupnya begitu morat-marit. “Kehidupan saya kok seperti ini, kerja ga ada, uang ga ada, hanya mengharapkan bantuan orang.

Akhirnya saya jatuh lagi. Meskipun ketahuan, istri saya cuek. Buat saya hal itu aneh gitu..”
Usut punya usut, Sugi melihat diary sang istri yang bertemu dengan temannya To Ming Tze. “Jadi apa yang dicoret di situ udah ga bener.”

Suatu hari, Sugi bertemu dengan temannya yang merupakan mantan pecandu. Di situ dia memberitahukan tempat pengobatan yang bisa mengobatinya. Namun ternyata tempat itu sudah tutup sebelum jamnya. Hal itu membuatnya begitu marah dan memutuskan tak mau ke sana lagi.

“Akhirnya saya pun melangkah berjalan, menatapi nasib, sampai saya seperti ini gitu. Sampai uang pun saya ga ada. Istri saya pun dalam keadaan depresi, gimana masa depan anak-anak saya. Sampai ketika itu, saya berjalan dan memuji Tuhan :
Engkau Gembala yang baik
Takkan kekurangan aku
Kau bawaku ke air tenang
Menyegarkan jiwaku.
Sambil saya menangis, saya juga berdoa, ‘Tuhan tolong saya, tolong bantu saya lepas dari narkoba ini TUhan. Tolong bantu saya keluar dari masalah ini Tuhan. Ampuni saya yang sudah meninggalkan Tuhan berkali-kali, ampuni saya yang sudah jatuh di dosa yang sama berkali-kali. Biarlah TUhan hidup saya sekarang dan selamanya menyenangkan Tuhan saja.”

Untuk itu, Sugi pun rela mengalami sakau selama sebulan lebih. “Sakaunya melintir, sakit sekali…” Setelah itu, Sugi pun tak ketergantungan narkoba lagi. Kini dia bekerja sebagai sopir di sebuah gereja. “Tuhan kasih saya kesempatan untuk bekerja di sebuah gereja. Nah di situlah saya merasa lebih lebih lagi dipulihkan. Saya bener-bener bertemu Tuhan lagi dan saya diberikan kesempatan oleh Tuhan lagi dan saya mau mempergunakan ini sebaik-baiknya.”

Sebelum berangkat kerja, Sugiharto harus mengurus anaknya terlebih dahulu. Belum lagi istrinya yang masih dalam keadaan stres. Sikapnya berubah total. “Narkoba itu cuma nyusahin aja, bikin segala-galanya hancur.”

“Sekarang saya mau menjaga istri saya, merawat istri saya sampai dia sembuh dari depresinya.”

 

Sumber : Jawaban.com


Tinggalkan komentar

*
*