Membangun Keluarga Ilahi didasari pada keyakinan bahwa mendewasakan anak adalah tanggung jawab yang diberikan Tuhan kepada setiap orang tua. Orang tua harus membimbing, memelihara dan mendisiplin anak-anak mereka.
Dasar-dasar Membangun Keluarga Ilahi merupakan suatu kerangka kerja teologia, berdasarkan pengalaman serta hasil penyelidikan yang diperoleh dari perjalanan Gary dan Anne Marie Ezzo yang berhasil di dalam mendidik anak-anak kami. Namun, pengalaman mereka ini hanyalah merupakan suatu pandangan yang dapat menolong orang tua di dalam melaksanakan tanggung jawabnya. Sedangkan doktrin Alkitabiah memberikan standar dasar bagaimana seharusnya kita berperan sebagai orang tua dan ayat-ayat dalam Firman Tuhan hanya memberikan sedikit pedoman praktisnya. Dengan bimbingan Roh Kudus, orang tua bertanggung jawab untuk menyelidiki berbagai falsafah yang berhubungan dengan hal ini dan memutuskan apakah pendapat para filsuf sejalan dengan Firman Tuhan.
ary dan Anne Marie Ezzo menuliskan dasar-dasar pemikiran dan garis-garis pedoman ‘Membangun Keluarga Ilahi’ agar dasar dimana mereka membentuk kurikulum ini menjadi jelas.
DASAR-DASAR PEMIKIRAN
Pelayanan pendamaian adalah tugas pertama yang diberikan bagi orang tua (2 Korintus 5:18-20). Apakah yang akan memotivasi para orang tua untuk tetap setia melaksanakan tanggung jawab tersebut? Mereka harus tetap berjalan bersama dengan Tuhan di dalam memberikan pengarahan-pengarahan yang berharga kepada anak-anak yang telah Tuhan percayakan kepada mereka. Suatu hal yang sangat menggembirakan adalah bahwa Tuhan tidak meninggalkan para orang tua sendirian dalam melaksanakan tugas tersebut, tetapi Dia memberikan pedoman yang pasti: ALKITAB.
Alkitab menyatakan dengan tegas standar-standar etis untuk kehidupan yang berhasil. Dari standar-standar tersebut timbullah perintah moral yang jelas, “Kuduslah kamu, sebab Aku kudus” (1 Petrus 1: 16). Kekudusan bukan hanya suatu bentuk pemikiran, tetapi juga cara hidup yang mengandung nilai moral; suatu hal yang orang tua harus ajarkan kepada anak-anaknya (Efesus 6:4). Pendidikan moral dalam keluarga Kristen haruslah sejalan dengan nilai-nilai kebajikan yang terdapat dalam Firman Tuhan. Tanggung jawab, harapan dan target orang tua Kristen adalah menghasilkan anak yang memiliki tanggung jawab moral, yang menyerahkan hidupnya pada keselamatan dalam Yesus Kristus dan yang hidupnya dikuasai oleh Kristus serta mencerminkan kasih Kristus.
Tetapi bagaimana dengan mereka yang tidak percaya Kristus? Tanpa Kristus, dapatkah mereka menghasilkan anak-anak yang bertanggung jawab secara moral? Atau, baiklah kita rubah bentuk pertanyaannya menjadi: Dapatkah seorang anak dari orang tua yang belum lahir baru memenuhi tuntutan-tuntutan yang ada dalam hukum Tuhan? Jawaban untuk kedua pertanyaan tersebut adalah: YA! Banyak yang telah melakukannya dalam kehidupan sehari-hari. Amsal 17:28 mengatakan bahwa ada kalanya orang bodoh disangka berpengetahuan; ayat ini menjelaskan bahwa adanya perbuatan yang benar secara moral adalah bagian yang disertakan dalam penciptaan manusia yang serupa dengan gambar Tuhan (Kejadian 1:27). Berarti, orang yang belum lahir baru memiliki kemampuan membuat pilihan moral yang benar, tetapi tidak satupun dari usaha-usaha dan perbuatan baiknya yang dapat menyelamatkannya (Yesaya 64:6).