Kisah Nyata Elizabeth Philips, Wanita Tunanetra Pengubah Desa Tertinggal

Di kota Semarang, di Desa Tlogoweru, seorang ibu rumah tangga dan penyandang tunanetra bernama Elizabeth Philips mampu mengentaskan sebuah desa dari predikat termiskin.

“Desa Tlogoweru menyandang predikat desa IDT, Inpres Desa Tertinggal,” ungkap Soetedjo, lurah Desa Tlogoweru.

“Karena jalan-jalan, semuanya waktu itu masih rusak, lumpur semua,” ucap Donny, anggota TNI AD yang bertugas di Desa Tlogoweru.

“Wah saya ceritakan, itu, ngeri sekali. Banyak tikus,” ujar salah seorang bapak, warga desa Tlogoweru.

“Memang tikus menyerang terus di desa Tlogoweru ini sehingga membuat petani miskin” tutur Puju Arto, salah seorang warga Desa Tlogoweru yang berhasil diwawancarai oleh tim Solusi News beberapa waktu lalu.

“5 tahun atau 4 tahun lalu, nyari air susah. Sekarang udah melimpah ruah,” aku Syahrie, pimpinan Kecamatan Guntur.

“Kondisinya semakin, tahun bertambah semakin bagus” sambung Pujo Arto.

Awal Mula Dicurigai

Keuletan dan kegigihan Eilizabeth Philips kini benar-benar diakui, meskipun awalnya ia dipandang sebelah mata, bahkan dicurigai.

“Masuk sini saya agak ketus, “Bu Elis datang kesini, visinya apa?” Apalagi saya melihat secara agama beda dengan agama saya. Beliau memang asing bagi Tlogoweru” kata Soetedjo.

“Saya sih tidak merasa itu berat ya karena saya tahu kalau orang curiga, banyak orang yang pikirnya nolong orang kan selalu ada pamrih. Saya ketika melihat kecurigaan mereka, saya berkata saya memang Kristen, tapi bapak-bapak sekalian gak usah takut karena saya tidak akan mengkristenkan kalian karena kekristenan itu panggilan. Kalau tidak dipanggil (oleh) Yesus, Anda tidak akan pernah bisa jadi murid Yesus” imbuh Elizabeth.

Wanita kelahiran Semarang 30 Agustus 1960 ini menyadari bahwa membantu setiap orang untuk mengentaskan kemiskinan tidak sekedar memberi. Namun dengan kerja keras dan dengan kuasa Tuhan.

“Karena saya buktikan dengan perbuatan saya, saya tidak dengan omongan saja. Ketika itu saya berikan bantuan sehingga membuat mereka kaget. Karena seketika saya lakukan, buat sumur; tindak lanjuti dengan garap sawah; tindak lanjuti lagi kami membangun balai pelatihan kerja. Terus dan terus, tidak pernah habis sampai sekarang,” lanjut Elizabeth.

“Disini dilatih, baik pelatihan komputer, menyulam, menjahit, anyaman” jelas Camat Syahrie sambil menunjuk gedung balai pelatihan kerja kepada tim Solusi News.

“Majunya satu daerah itu ada 3 elemen, yaitu pemerintah desa, masyarakat, dan unsur swasta. Semenjak saya ketemu ibu Elizabeth Philips, ini melengkapi. Jadi menjadi satu dorongan kepada saya, masyarakat disini untuk maju,” ujar Soetedjo

“Ibu Elizabeth Philips itu secara fisik, lebih sempurna saya. Ibu Elizabeth Philips tidak bisa melihat, namun hatinya lebih tajam ibu Elis” sambung Soetedjo.

“Saya sendiri diberi pemahaman, kita pegang 8 pilar untuk memajukan desa Tlogoweru” ucapnya.

8 Pilar untuk Memajukan Desa Tlogoweru

“Jadi pertama, Tuhan. Jadi kami membiasakan masyarakat untuk mengandalkan Tuhan dalam setiap laku kita maka Tuhan akan memberkati jalan hidup kita. Pilar kedua adalah kebenaran. Salah satu kebenaran itu mengajar kita untuk mengucap syukur dalam segala keadaan, dalam keadaan sakit atau sehat; dalam keadaan kelimpahan atau kekurangan,” tandas Elis.

“Pilar ketiga adalah belajar hidup takut akan Tuhan. Kita bekerja tanpa diawasi siapa pun. Jadi tidak usah takut sama manusia, tapi belajar mengetahui bahwa Tuhan ada di setiap langkah kita. Pilar yang keempat, hidup rendah hati. Karena kesombongan itu awal kehancuran, tinggi hati itu awal pada kejatuhan”

“Yang kelima adalah kejujuran. Tuhan itu akan memberi pertolongan kepada orang yang jujur dan hidup tidak bercela. Pilar keenam adalah kerendahan hati. Ilmu yang kita peroleh, keberhasilan yang sudah kita peroleh, kita harus berani kembali membagikan kepada orang lain.”

“Pilar ketujuh adalah menjalin harta hubungan. Saya katakan hubungan itu merupakan harta, harta yang tidak bisa hilang. Jangan menilai segala sesuatu hubungan itu dengan uang. Uang itu bisa habis. Delapan adalah menerima semua manusia sebagai saudara, sekalipun kami berbeda warna kulit, berbeda suku bangsa, berbeda kebudayaan, berbeda agama, tetapi mereka adalah manusia, sesama yang harus kita hargai dan hormati,” tuturnya.

Desa Tlogoweru Jadi Desa Termakmur

Kesabaran dan niat tulus Elis akhirnya membekas di hati warga. Kini Tlogoweru berubah menjadi desa termakmur, lantaran bisa menghasilkan panen tiga kali dalam setahun sehingga menjadi desa percontohan di Indonesia.

“Disampaikan oleh Ibu Elizabeth Philips pada awal mendoakan Tlogoweru bahwa menjadi desa yang maju, menjadi desa yang makmur, menjadi desa terkenal, menjadi desa pensuplai, menjadi desa yang terkenal sampai tingkat Indonesia hingga internasional. Ini mokal bagi saya, tapi kenyataan sekarang saat ini sudah sampai internasional,” aku Soetedjo.

“Kadang saya malu atase Ibu Elizabeth bisa berbuat bagi orang banyak, mengapa saya tidak bisa. Itu menjadi pelecut bagi kami berbuat kebaikan terhadap manusia,” kata Syahrie.

“Sebaik-baik manusia adalah orang yang bermanfaat bagi orang banyak seperti salah satu Ibu Elizabeth kita ini,” tambahnya.

Pesan Inspirasi dari Elizabeth Philip

“Yang saya tahu Tuhan mau kita hidup tidak hanya berdasi dan bergengsi tapi lebih baik hidup kita itu, jauh lebih berarti kalau kita hidup berfungsi, berguna bagi sesama, berguna bagi lingkungan, berguna bagi masyarakat, di sekitar hidup kita dan itu akan membuat hidup kita bahagia,” pungkas Elizabeth Philips.

 

Sumber : Jawaban.com

Elizabeth Philip


Tinggalkan komentar

*
*