Artikel ini berisi fakta-fakta tentang Mesias menurut Alkitab Perjanjian Baru yang menjadi dasar pandangan orang Kristen.
Mesias (bahasa Ibrani: Masyiakh) artinya adalah “yang diurapi”.
Istilah ini muncul beberapa kali di dalam Perjanjian Lama.
Misalnya dalam Mazmur 2:2 (dalam Alkitab Terjemahan Baru tidak memakai istilah Mesias, tetapi yang diurapi).
Dalam Perjanjian Lama, istilah “yang diurapi” mengacu pada orang-orang yang biasanya diurapi (dituangi dengan minyak) sebagai penahbisan atau pelantikan.
Mereka ini adalah para imam, nabi dan raja.
Dalam bahasa Yunani (bahasa asli Perjanjian Baru), Masiakh ditransliterasi menjadi Messias, atau diterjemahkan menjadi Christos atau Kristus.
Tetapi dalam Perjanjian Baru istilah Kristus jauh lebih populer dari istilah Mesias.
Dan artikel kali ini akan membahas tentang 4 fakta tentang Mesias menurut Perjanjian Baru yang menjadi dasar pandangan orang Kristen.
Dengan demikian pemahaman kita akan konsep Mesias menurut sudut pandang Perjanjian Baru dan orang Kristen, akan semakin lengkap.
Lalu apa saja fakta-fakta tentang Mesias menurut Perjanjian Baru yang menjadi dasar pandangan orang Kristen?
Berikut pembahasannya.
Tidak seperti orang-orang Yahudi yang meyakini bahwa Mesias akan datang untuk menjadi pemimpin mereka yang jaya serta membebaskan mereka dari musuh mereka, Mesias menurut Perjanjian Baru adalah pemimpin rohani, bukan pemimpin politik.
Sebab Tuhan Yesus, yang adalah Mesias, menegaskan bahwa Ia datang bukan untuk menjadi pemimpin politik, tetapi sebagai raja atau pemimpin rohani, pada zaman eskatologis atau zaman yang akan datang (Yohanes 18:36-37).
Sang Mesias datang untuk melayani secara rohani bukan untuk tujuan politik.
Berbeda dengan orang-orang Yahudi yang tidak berpikir bahwa Mesias itu adalah yang ilahi, tetapi hanya sebagai manusia biasa, Perjanjian Baru mengajarkan keilahian Mesias.
Hal ini nyata dari pertanyaan Tuhan Yesus kepada orang-orang farisi tentang siapakah itu Mesias.
Di sini Tuhan Yesus secara tidak langsung mengajarkan keilahian Mesias (Matius 22:41-46).
Banyak bukti lain di Perjanjian Baru yang mengajarkan bahwa Mesias adalah yang ilahi, Tuhan.
Tentu Mesias adalah Anak Daud (yang insani), tetapi dia juga sekaligus Anak Allah (yang ilahi).
Mesias memang datang ke dunia dalam wujud manusia. Namun pada dasarnya Mesias itu seorang yang ilahi.
Artinya, ia adalah Tuhan yang datang ke bumi dalam wujud manusia. Jadi ia bukanlah manusia biasa.
Dan istilah Anak Allah menjadi identik dengan Mesias (Matius 16:16).
Orang-orang Yahudi meyakini bahwa menurut Perjanjian Lama, Mesias tidak mati tetapi hidup selamanya (Yohanes 12:34).
Tetapi Mesias menurut Perjanjian Baru mengalami kematian.
Hal ini ditegaskan oleh rasul Petrus dengan mengatakan bahwa hal ini sesuai dengan nubuat nabi Yesaya yang jelas telah digenapi dalam Tuhan Yesus (Kisah Para Rasul 8:27-35).
Yesaya 53 menubuatkan bahwa Mesias harus menderita dan mati bagi pengampunan dosa manusia.
Bahkan Mesias itu juga akan bangkit dari kematian dan menerima upah yang besar dari Allah. (Yesaya 53:7-9).
Nubuat nabi Yesaya ini jelas telah digenapi dalam Tuhan Yesus (Kisah Para Rasul 8:27-35).
Meski Mesias adalah ilahi, namun ia juga akan mati. Ia mati ketika Ia berinkarnasi mengambil rupa manusia.
Orang Yahudi menolak Yesus sebagai Mesias, sebab mereka tidak melihat Yesus seperti Mesias dalam konsep mereka, yakni berperang melawan musuh.
Itulah sebabnya mereka menyalibkan Yesus.
Padahal menurut Perjanjian Baru Mesias itu adalah Anak Allah, yang datang untuk membinasakan dosa dan iblis (musuh utama manusia).
Dan Mesias itu sudah datang saat ini, yakni Tuhan Yesus.
Alkitab Perjanjian Baru berulangkali menegaskan bahwa Yesuslah Mesias yang dijanjikan/dinubuatkan dalam Perjanjian Lama.
Tuhan Yesus sendiri berulang kali menegaskan bahwa Dialah Mesias yang dijanjikan itu.Demikian juga dengan para rasulNya, yang mengajarkan bahwa Mesias yang dinubuatkan itu adalah Tuhan Yesus.
Itulah 4 fakta tentang Mesias menurut Perjanjian Baru yang menjadi dasar pandangan orang Kristen.
Sumber : https://rubrikkristen.com/4-fakta-tentang-mesias-menurut-perjanjian-baru/