Dengan penghasilan yang pas-pasan, Sugiarto dan istri diuji bertubi-tubi dalam hal keuangan. Setelah divonis mengalami sakit ginjal. Dengan modal hanya dua juta, mereka pun memilih untuk membuka toko sembako.
Usaha inipun berjalan dengan baik. Waktu demi waktu, mereka kedatangan banyak orang untuk membantu penjualan barang dagangannya. Namun sayang, karena terlalu percaya kepada semua agen penjualnya Sugiarto malah ditipu dengan membawa kabur barang dagangan tanpa membayarnya.
“Dia ambil barang banyak, tau-tau dia gak kembali lagi. Dicari-cari gak ada orangnya. Ya akhirnya toko sembako tutup, ya bangkrut,” ucapnya.
Setelah toko sembako tutup. Mereka lalu ditawari usaha beras. Sama halnya dengan usaha sembako, di awalnya mereka cukup laris. Ada banyak yang membeli beras dalam jumlah yang cukup banyak. Mereka pun menjalankan usaha ini dengan sistem pembayaran mingguan.
“Di minggu pertama bayarnya benner. Dan di hari berikutnya dia pesan lagi, lebih banyak lagi sampai lima karung. Tapi dia gak bayar full sejumlah lima karung itu. Tapi dia bayar setengahnya. Dia ambil lagi beras lebih dari lima karung, sepuluh karung. Nota kan numpuk. Eh tiba-tiba orang itu gak bayar-bayar ke kami. Akhirnya kami datangin ke rumahnya, gak tahu orangnya gak ada. Kabur kemana dan jumlahnya itu gak sedikit,” ungkap Sugiarto.
Untuk kali kedua, usaha mereka gulung tikar karena ditipu. Saat usaha berhenti, otomatis penghasilan pun gak ada. Yang iyanya, Sugiarto justru harus menanggung utang yang banyak, dimana dia pada akhirnya mulai stress.
“Waktu utang saya banyak saya frustrasi, saya down dan akhirnya dengan begitu saya bicara sama istri berdua, hanya minta hikmat sama Tuhan,” ucap Sugiarto.
Sementara dalam keadaan yang gak baik itu, sang istri justru masih ragu dengan kuasa Tuhan. “Saya waktu itu sudah dalam Tuhan, tapi tidak sungguh-sungguh. Saya sepertinya sombong. Kayak mikir, ‘Ah udahlah ngandalin Tuhan lama.’ Tapi pada akhirnya Tuhan berbicara juga. Tuhan bilang: Lakukan bagian kamu nanti Aku yang akan melakukan bagian Aku.” Terang Leana Diana, istri Sugiarto.
Namun, Leana masih merasa bingung dengan apa yang Tuhan maksudkan melakukan bagiannya. “Waktu itu saya bingung itu. Tuhan saya lakukan bagian saya. Bagian saya apa? Tuhan bilang, bagian kamu ya ngampunin orang itu,” katanya.
Meskipun Tuhan dengan jelas menyampaikan pesan tersebut, tapi masih ada keraguan yang mengganjal hatinya. Secara manusia, Leana memilih untuk mengandalkan logikanya bahwa belum tentu setelah mengampuni orang yang menipu maka kerugian yang mereka tanggung akan terbayarkan.
Namun dengan kesabaran dan kasih Tuhan, Dia menuntun Leana untuk memahami ucapan-Nya. Lewat Mazmur 127: 1 yang dibacanya, sontak dia paham dengan apa yang Tuhan mau untuk dia lakukan.
“Jikalau bukan TUHAN yang membangun rumah, sia-sialah usaha orang yang membangunnya.. Oh, saya tuh kerja keras segala macam kalau bukan memang Tuhan yang ijinkan percuma sia-sia. Dapatnya waktu itu begitu,” jelasnya.
Bagi Leana mengampuni seseorang yang sudah membuat hidupnya sengsara bukanlah perkara yang mudah. Karena itulah dia meminta pertolongan dari Roh Kudus untuk memampukannya mengampuni orang itu.
Kuasa pengampunan pun nyata dialami oleh Sugiarto sekeluarga. Setelah dua kali ditipu, mereka pun mulai membangun usaha lagi. Kali ini mereka membangun bisnis kue dan sampai hari ini terus berjalan dan sukses.
“Ketika kami mengampuni orang lain, Tuhan tuh bukain semua pintu-pintu yang tertutup. Yang dulu omsetnya cuma di bawah seratus biji, sekarang ribuan. Bahkan Tuhan berikan pelanggan-pelanggan yang baru. Yang dulu pelanggan cuma berapa toko, sekarang sudah dilipatgandakan. Saya juga sampai heran,” ungkap Sugiarto.
Berkat apa yang Tuhan lakukan dalam keluarga mereka, Sugiarto percaya bahwa apa mereka punya saat ini adalah berkat dari Tuhan.
Sumber : www.jawaban.com