Fuk Hin Jadi Gila Karena Monyet Datuk Keramat

Orang-orang menganggap Fuk Hin sebagai orang gila. Saat duduk di bangku SMA, dirinya bahkan dikucilkan dan dijauhi oleh teman-temannya. Hal ini kemudian membuatnya putus asa, hingga berencana untuk mengakhiri hidupnya. “Buat apa aku hidup kalau semua menganggap aku gila? Aku dikucilkan dan hidup menderita. Lebih baik saya mati”.

Sebelumnya, Fuk Hin tidak mengetahui alasan apa yang membuat temannya menghindarinya. Hingga akhirnya suster kepala di sekolah memberitahu alasannya. Dia sempat absent selama 85 hari, dirinya sendiri kaget dan benar-benar tidak sadar bahwa dia pernah sakit selama itu. Satu tahun sebelumnya, ia dan teman-temannya berkumpul di satu tempat yang bernama Tanjung Batu. Menurut kepercayaan warga sekitar, daerah itu adalah tempat angker dan dihuni monyet keramat. Kalau mengganggu monyet tersebut, maka ada dua kemungkinan buruk yang terjadi, yaitu gila dan mati.

“Saya pertamanya engga percaya. Saya justru merasa tertantang untuk membuktikannya secara langsung.” Fuk Hin kemudian mencari keberadaan monyet tersebut. Setelah menemukannya, dia medekatinya dan menendang monyet tersebut. Dampaknya memang tidak terlihat langsung, tetapi sesampainya di rumah ia merasakan sakit kepala yang luar biasa. Bahkan dia melihat ada bayangan hitam sebesar selimut di atas langit-langit kamarnya. Anehnya, dia tidak dapat mengontrol tubuhnya. “Badan saya kaku dan akhirnya bayangan itu menutupi saya.”

Menurut pengakuan Veronica adik dari Fuk Hin, saudaranya ini tidak dapat mengendalikan emosinya dan suka marah-marah. Saudaranya bahkan sering memukul orang lain tanpa alasan. Akibat kelakuannya, orangtua mereka lantas ditegur dan saudaranya diberhentikan sementara dari sekolah.

Saat Fuk Hin marah, tingkahnya menjadi seperti kera. Keluarga kemudian mengusahakan
berbagai pengobatan mulai dari rumah sakit hingga alternatif, tetapi tidak ada kemajuan. Hingga akhirnya diputuskan untuk membawanya ke datuk atau orang pintar. Sesampainya di sana, datuk tersebut mengatakan bahwa sudah waktunya dia diserahkan pada datuk. Kalau di Jawa, sosoknya seperti Nyi Roro Kidul yang menguasai Pantai Selatan. Pengobatan yang dijalaninya adalah dengan semburan darah anjing.

“Selama setahun itu saya ngga tahu apa yang saya lakukan, benar-benar lost.” Dirinya merasa bahwa dia ada di sebuah tempat yang sangat gelap, seperti alam bawah sadar. Saat itu kemudian, Fuk Hin teringat perkataan guru sekolah minggunya. “Fuk Hin kamu jangan nakal, kalau kamu nakal dan tidak terima Yesus, nanti kamu akan masuk neraka di saat kamu meninggal.” Saat itu dia langsung berpikir, bahwa dirinya sudah meninggal. Saat perasaan takut itu datang, dia kemudian memohon kepada Yesus untuk memberinya kesempatan untuk hidup dan memilih Dia Sebagai juru selamat pribadi.

Dirinya tahu bahwa selama ia hidup, Fuk Hin belum menerima Yesus sebagai juru selamat. Setelah itu, dia merasa seperti digampar. Inilah yang kemudian membuatnya sadar. Saat itu, penerjemah datuk tersebut mengatakan bahwa Fuk Hin beruntung telah diselamatkan datuk karena ia telah dipilih sebagai tulang dewa. Ini berarti Fuk Hin dianggap sebagai mediator yang akan dirasuki oleh dewa-dewa untuk acara ritual-ritualĀ  tertentu nanti. Dia lantas tidak percaya dan mengatakan kepada orangtuanya bahwa kesembuhannya adalah berkat mujizat juru selamat yang tidak lain adalah Yesus Kristus.

Setelah sembuh, keadaannya ini lantas tidak mempengaruhi kehidupannya di sekolah. Akibat apa yang terjadi sebelumnya, banyak teman yang menjauhi dan mengucilkannya. Fuk Hin merasa sangat sedih dan putus asa. Niatan bunuh diri kemudian datang, tetapiĀ suara hatinya mengatakan bahwa banyak orang yang mengasihi dan mendoakannya. Dia kemudian ingat bahwa Tuhan telah memberikannya kesempatan untuk sembuh, inilah yang menjadi kekuatannya untuk bangkit dan tegar kembali.

Hingga akhirnya dia menyerahkan segala pergumulannya dan kekhawatirannya ke dalam tangan Tuhan. Besoknya, saat masuk sekolah Fuk Hin datang dengan hati penuh sukacita, dia bahkan menyapa teman-temannya. Hal ini kemudian membuatnya menemukan kembali suasana sekolah seperti yang dulu. Dari sinilah Tuhan terus bekerja dan mengubahkan hidup Fuk Hin hingga dia berkeluarga saat ini. Dia menetapkan Tuhan sebagai penuntun dan pemimpin hidupnya dan semuanya yang terjadi benar-benar di luar dugaannya.

Rencana-Nya dashyat di hidup Fuk Hin. Melalui kisah ini, dirinya mengatakan bahwa, “Kuasa Tuhan itu melebihi segalanya. Tuhan telah membebaskan saya dari semua belenggu dan ikatan Iblis.” Hingga hari ini, dia tidak pernah lagi merasakan yang namanya kerasukan setan. Semua itu karena dia telah menerima Yesus sebagai juru selamat pribadi. Tidak berhenti disitu, dia juga mengajak keluarganya untuk mengenal Tuhan Yesus. Komitmen yang dipegangnya saat ini adalah dia memberikan kehidupannya untuk melayani Tuhan dan menjadi berkat bagi sekitarnya.

 

Sumber : Jawaban.com


Tinggalkan komentar

*
*