Tidak Ada Namanya Hal Kecil, Kalau Kamu Melakukan Semua Itu Dengan Cinta

 

Lukas 21: 1-2

Ketika Yesus mengangkat muka-Nya, Ia melihat orang-orang kaya memasukkan persembahan mereka ke dalam peti persembahan. Ia melihat juga seorang janda miskin memasukkan dua peser ke dalam peti itu.

Dalam pembukaan buku Devotion God Calling, A.J. Russell menulis:

Ada sebuah legenda bahwa pujian untuk bangunan Katedral St. Sofia tidak diberikan kepada Kaisar Konstantin tapi bagi Euphrasia, seorang janda miskin yang menarik dari kasurnya “seember jerami dan memberikannya pada lembu” yang menarik marmernya dari kapal. Hanya itu saja, dia tidak melakukan apa-apa lagi. 1

Dengan kata-kata itu, dia mengingatkan kita akan ungkapan Zakharia 4:10 a , “Sebab siapa yang memandang hina hari peristiwa-peristiwa yang kecil?”

Baiklah, banyak dari kita melakukannya.

Saya sering mendengar orang Kristen menghibur seseorang ketika sebuah kemunduran besar telah terjadi dengan mengatakan, “Ah, itu karena Tuhan memiliki rencana yang lebih besar untukmu.”

Atau, jika seseorang berkecil hati tentang pekerjaan atau pelayanan mereka sekarang, mereka akan berkata, “Saya TAHU Tuhan memiliki rencana yang lebih besar untuk saya. Saya terus berdoa agar Dia mengirimkannya. “

Ini nampaknya merupakan pesan dorongan yang tidak berbahaya, namun apakah itu kesaksian kitab suci menyatakan bahwa sesuatu yang lebih besar dan lebih baik selalu menunggu bagi umat percaya? Juru Selamat kita mendatangi kita sebagai orang miskin, bukan sebagai raja. Dia sangat tidak terkesan dengan Bait Suci dan kemewahannya, namun sangat memperhatikan orang, seringkali satu per satu. Mengapa kita berpikir jalan kita harus diaspal sementara miliknya kasar, atau apakah hal ini penting dalam kehidupan?

Jika kita berpikir bahwa kita harus mencapai sesuatu yang besar di mata dunia agar merasa berharga maka halitu seperti menolak kebenaran yang  indah dalam Lukas 21: 1-2. Di kompleks Bait Allah yang megah, penuh dengan para jemaat, beberapa orang kaya, Yesus melihat seorang janda.

Kata  “melihat” sering diartikan lebih dalam dari sekedar memandang apa yang di depan mata saja  tapi – mengetahui, memahami, menangkap. Yesus melihat wanita yang tidak penting ini, dan bukan hanya perhatianNya, namun pujianNya menghiasi dirinya – bukan yang lain.

Ini adalah konsep yang sangat penting. Terlalu banyak dari kita terjebak dalam pemikiran dan masa depan yang  besar. “Tuhan akan memberi saya pelayanan yang besar di depan sana. Baru kemudian saya berarti bagi  Tuhan dan orang lain.” Kita mungkin tidak berpikir seperti itu, tapi mengapa dalam hati kita bisa menolak pelayanan sehari-hari kita hanya sebagai awal dari “hal yang nyata? “

Bahayanya adalah  terjebak dalam “suatu hari nanti saya akan melakukan sesuatu yang besar untuk Tuhan” sehingga kita mungkin kehilangan hal yang umum dan kesempatan sehari-hari untuk melayani Dia yang,yang  mungkin, dapat membuat dampak yang luar biasa bagi Kerajaan Allah.

Tuhan memberi kesan tentang  pemikiran ini di hati saya baru-baru ini melalui sebuah kenangan menyakitkan 25 tahun yang lalu . Bertahun-tahun yang lalu, kami menyelamatkan seekor anak anjing dari hutan dan dia menjadi hewan kesayangan, namun peliharaan yang menyenangkan.  Selalu, dia “bergerak.” Saya bercita-cita untuk menumbuhkan kemampuan musikal saya, berlatih piano terus-menerus, bermimpi lebih dari sekadar guru piano “biasa” yang saya kira. Tidak ada salahnya memperjuangkan keunggulan. Hanya saja suatu hari, untuk kesekian kalinya, anjing kecil kami memukul kaki saya dengan ayam karetnya, mengundang saya untuk bermain saat saya mencoba menghafal bagian yang sulit. Kesal, saya taruh dia di luar. Anjing-anjing liar memancingnya untuk berlari keluar dan pada hari itu kami kehilangan dia saat dia tertabrak mobil.

Tuhan mengingatkan saya bahwa kesedihan saya bukan hanya karena kehilangan hewan kesayangan saya, tapi juga karena menyesali karena saya berusaha keras dianggap berarti bagi orang lain sehingga saya tidak dapat berhenti sejenak dan bermain dengan anjing  yang telah Dia percayakan ke dalam hidup saya. Lewat sekelumit ingatan ini, dia menunjuk cara lain dimana saya masih berjuang untuk dianggap oleh orang lain. “Kamu tidak perlu berusaha untuk dicintai,” saya merasa Dia berkata. “Kamu aman. Percayalah kepadaku. Ijinkan Aku mencintaimu dan hingga meluap, memberi. Betapapun kecilnya hadiah harianmu, Aku melihatnya dan memberikan pujian atas setiap hal itu.”

Kita harus mengingat hal ini dalam pengiringan kita bersama Yesus. Jika kita fokus untuk bisa diterima oleh orang-orang, untuk mencapai kebesaran, kita mungkin akan kehilangan banyak kesempatan untuk melayani yang Dia berikan tepat di depan mata kita. Ini bukan berarti keunggulan atau pertumbuhan pelayanan itu tidak penting, tapi karena Tuhan kita adalah pribadi yang menyukai “dua peser” yang diberikan dengan cinta.

1. AJ Russell, ed., God Calling, (Uhrichsville: Barbour Publishing, 1998)/jawaban.com


Tinggalkan komentar

*
*